Makalah Tahap tahap pertumbuhan ekonomi |
Makalah
EKONOMI PEMBANGUNAN
“TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN EKONOMI”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK
3 :
1. AKBAR
SAPUTRA (14106111082)
2. SYARIFAH
KHADIJAH (14106111
3. MUSTAQIM (14106111130)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JABAL GHAFUR SIGLI
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan
bimbingan-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Makalah dengan judul
“Tahapan Pertumbuhan-Perkembangan Sistem Ekonomi Indonesia” disusun sebagai
tugas dari pada mata kuliah ekonomi pembangunan.
Kami menyadari bahwa
tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran demi penyempurnaan pada penulisan ini.
Meureudu, 25 April 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..............................................................................
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................
BAB 1I PEMBAHASAN......................................................................................
2.1. FRIEDRICH LIST (1844) .................................................................
2.1.1 Mengembara ............................................................................
2.1.2 Beternak ...................................................................................
2.1.3 Bertani ......................................................................................
2.1.4 Pertanian dan Industri Rumah Tangga ................................
2.1.5 Pertanian, Industri Manufaktur dan
Perdagangan .............
2.2. BRUNO HILDEBRAND (1864) .......................................................
2.2.1 Perekonomian Pasar ...............................................................
2.2.2 Perekonomian Uang ................................................................
2.2.3 Perekonomian Kredit ..............................................................
2.3. W.W ROSTOW ..................................................................................
2.3.1 Masyarakat Tradisional ..........................................................
2.3.2 Prakondisi untuk Take-off .....................................................
2.3.3 Periode Take-off ......................................................................
2.3.4 Periode Menuju Kematangan ................................................
2.3.5 Periode Konsumsi Tinggi dan Besar-besaran .......................
2.3.6 Beberapa Kritik terhadap Teori Rostow ..............................
BAB III PENUTUP ..............................................................................................
3.1.Kesimpulan ..........................................................................................
3.2.Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pertumbuhan
ekonomi suatu bangsa dapat dilihat dengan ukuran agregat yang biasanya diukur
dengan pertumbuhan ekonomi. Meskipun bukan merupakan satu-satunya ukuran untuk
menilai pertumbuhan ekonomi output suatu bangsa namun sering digunakan sebagai
tolak ukur majunya suatu bangsa. Pendapatan nasional bukan hanya berguna untuk
menilai perkembangan ekonomi suatu negara dari waktu ke waktu, tetapi juga
membandingkan dengan negara lain. Selain itu dari pendapatan nasional
selanjutnya dapat pula diperoleh turunannya seperti pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan perkapita.
Pertumbuhan
ekonomi setiap tahunnya mengalami peningkatan, salah satunya dibuktikan dengan
ketergantungan penerimaan devisa pada minyak bumi semakin berkurang dan semakin
berperannya sektor swasta. Beberapa faktor yang memungkinkan perekonomian
Indonesia tumbuh pesat sepanjang kurun pembangunan jangka panjang pertama yang
lalu, antara lain adalah keberhasilan merehabilitasi sarana dan prasarana pada
masa pemulihan 1966-1968, termasuk reformasi dalam bidang perbankan dan
penanaman modal. Meskipun sempat terganjal oleh dampak resesi dunia pada awal
1980-an, namun berkat kesigapan pemerintah meluncurkan berbagai kebijakan
deregulatif berhasil memulihkan situasi yang didukung oleh kemantapan situasi
pangan.
BAB II
ISI
A.
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pada
abad ke 19 banyak ahli ekonomi yang menganalisis dan membahas, serta
mengemukakan teori-teori tentang pertumbuhan ekonomi, diantaranya Frederich
List, Bruno Hilder Brand, Karl Bucher dan Walt Whitman Rostow.
·
Frederich List
Beliau adalah
penganut paham Laisser Faire dan berpendapat bahwa sistem ini dapat menjamin
alokasi sumber-sumber secara optimal tetapi proteksi terhadap industri-industri
tetap diperlukan. Pertumbuhan ekonomi sebenarnya tergantung kepada peranan
pemerintah, organisasi swasta, entrepreneur, dan kebudayaan masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi hanya terjadi apabila dalam masyarakat terdapat kebebasan
dalam organisasi politik dan kebebasan perseorangan. Menurutnya negara-negara
yang paling sedanglah yang paling cocok
untuk industri, sebab pendapatan penduduk yang sedang merupakan pasara yang
cukup, disamping sektor pertanian yang sudah efisien.
Sedangkan di
daerah tropis paling cocok untuk pertanian, karena pada umumnya jumlah penduduk
sangat padat. Pertanian belum begitu efisien dan persediaan sumber-sumber alam
masih sangat sedikit. Disini yang terpenting adalah bahwa industri atau pabrik
diperlukan untuk perkembangan ekonomi. Meskipun pada permulaannya diperlukan
perlindungan. Ia menyusun tahap-tahap pembangunan ekonomi dimulai dari fase
primitif biadab, beternak, pertanian, pabrik dan perdagangan.
·
Bruno Hilder Brand
Beliau adalah
pengkritik Frederich List, mereka mengatakan bahawa perkembangan ekonomi bukan
berasal dari sifat-sifat produksi atau konsumsinya, tetapi lebih ditekankan
pada metode distribusi yang digunakan. Ia mengemukakan 3 sistem distribusi,
yaitu:
1. Natural
atau perekonomian barter
2. Perekonomian
uang
3. Perekonomian
kredit
Sayangnya
Bruno Hilder Brand tidak mengemukakan bagaimana fase-fase tersebut berkembang
menuju fase berikutnya.
·
Karl Bucher
Ia berpendapat
serupa denga Bruno walaupun tidak sama. Karl mengatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi adalah melalui 3 tingkat, yaitu:
1. Produksi
untuk kebutuhan sendiri
2. Perekonomian
kota, dimana pertukaran sudh meluas
3. Perekonomian
nasional dimana peranan pedagang-pedagang makin penting.
Jadi
barang-barang itu diproduksi untuk pasar (merupakan gambaran evolusi Jerman
·
Walt Whitman Rostow
W. W. Rostow
dalam bukunya “The Stages of Economic Growth” mengemukakan bahwa proses
pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap dan setiap negara di dunia
dapat digolongkan ke dalam salah satu tahap dari lima tahap pertumbuhan ekonomi
tersebut yang sesuai dengan ciri-ciri perubahan keadaan ekonomi, politik dan
sosial serta transportasi suatu masyarakat tradisional menjadi suatu masyarakat
modern, tahap-tahap itu adalah:
1. Tahap
Masyarakat Tradisional (the traditional society)
Struktur fungsi
produksi yang terbatas, cara-cara produksi yang relatif primitif, dan sikap
masyarakat serta cara hidupnya yang sangat dipengaruhim oleh nilai-nilai yang
dicetuskan oleh cara pemikiran yang bukan rasional, tetapi oleh kebiasaan yang
telah berlaku secara turun temurun. Tingkaat produksi perkapita dan tingkat
produktivitas pekerja masih sangat terbatas.
Kegiatan politik
dan pemerintahan terdapat di daerah-daerah dan dipegang oleh tuan-tuan tanah
yang berkuasa.
2. Tahap
Prasyarat Lepas Landas (the precondition for take off)
Tahap prasyarat
untuk lepas landas adalah suatu masa transisi pada saaat masyarakat
mempersiapkan dirinya, ataupun dipersiapkan dri luar untuk mencapai pertumbuhan
yan mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self-sustain growth) setelah itu
pertumbuhan ekonomi akan berlaku secara otomatis. Dalam tahap ini ia memberikan
dua prasyarat yaitu:
· Tahap
prasyarat untuk lepas landas dicapai oleh negara-negara Eropa, Asia, Timur
Tengah, dan Afrika yang dilakukan dengan merubah struktrur masyarakat
tradisional yang sudah ada.
· Bom
Free, yaitu prasyarat lepas landas yang dicapai oleh Amerika Serikat, Kanada,
Australia dan Selandia Baru, dengan tanpa harus merombak sistem masyarakat
tradisional yang ada, karena masyarakat negara-negara itu terdiri dari emigran
yang telah mempunyai sifat-sifat yang diperlukan oleh masyarakat untuk mencapai
tahap prasyarat lepas landas.
Pembangunan
ekonomi ini akan tercapai apabila diikuti oleh perubahan-perubahan lain dalam
masyarakat yaitu:
ü Pembangunan
fasilitas/prasaran umum terutama di bidang transportasi
ü Revolusi
teknik dibidang pertanian karena banyaknya orang-orang yang pindah ke kota-kota
ü Perluasan
impor yang dibiayai oleh hasil produksi sumber-sumber alam yang ada
ü Terjadinya
saving, meningkatnya tingkatan pendidikan dan keterampilan, sikap masyarakat
terhadap pekembangan ilmu pnegetahuan serta sikap pengambilan resiko dalam
bekerja
ü Munculnya
kepemimpinan baru yang mempunyai sifat nasionalisme yang reaktif, yaitu
bereaksi secara positif atas tekanan-tekanan yang datang dari negara-negara
yang lebih maju.
3.
Tahap Lepas Landas (take off)
Tahap ini
merupakan tahap interval dimana tahap masyarakat tradisional dan tahap
prasyarat untuk lepas landas telah dilewati. Pada periode ini beberapa
penghalang petumbuhan dihilangkan dan kekuatan-kekuatan yang menimbulkan
kemajuan ekonomi diperluas dan dikembangkan serta mendominasi masyarakat
sehingga menyebabkan efektivitas investasi dan meningkatnya tabungan
masyarakat. Ciri-cirinya yaitu:
§ Adanya
kenaikan dalam penanaman modal investasi (yang produktif dari 5% atau kurang
menjadi 10% dari Produk Nasional Bruto/NNP(Net National Product = NNP) →NNP =
GNP – D (penyusutan)
§ Adanya
perkembangan beberapa sektor industri dengan laju perkembangan yang tinggi
§ Adanya
suatu kerangka dasar politik, sosial dan instutisional yang akan menciptakan
(1) kenyataan yang memperluas sektor modern, (2) potensi ekonomi ekstern
sehingga menyebabkan pertumbuhan secara terus-menerus berlangsung
Sifat-sifat perubahan dari berbagai jenis kegiatan
ekonomi didalam tahap-tahap lepas landas digolongkan atas tiga sektor
pertumbuhan, yaitu:
v Sektor
pertumbuhan primer, yaitu sektor-sektor atau kegiatan ekonomi yang menciptakan
pertumbuhan yang pesat dan menciptakan kekuatan ekspansi ke berbagai sektor
dalam kegiatan perekonomian
v Sektor
pertumbuhan suplementer, yaitu sektor yang berkembang dengan cepat sebagai
akibat langsung dari perkembangan di sektor pertumbuhan primer
v Sektor
pertumbuhan terkait yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang berkembang sejalan
dengan kenaikan pendapatan penduduk dan produksi sektor pertanian.
4.
Gerakan ke Arah Kedewasaan (the drive of
maturity)
Gerakan
ke arah kedewasaan diartikan sebagai suatu periode ketika masyarakat secara
efektif menerapkan teknologi modern dalam mengelolah sebahan besar faktor-faktor
produksi dan kekayaan alamnya. Kedewasaan adalah tingkat dimana suatu industri
perekonomian menunjukan kapasitas untuk bergerak melampaui industri-industri
dasar yang telah memberikan kekuatan kepada periode take off untuk mengabsorsir
serta menerapkan secara efisien hasil perkembangan teknologi modern. Ciri-ciri
gerakan ke arah kedewasaan yaitu:
ü Kematangan
teknologi dimana struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan
ü Sifat
kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan
ü Masyarakat
serta keseluruhan merasa bosan dengan keajaiban yang diciptakan oleh
industrialisasi, karena berlakunya hukum kegunaan batas semakin berkurang.
5.
Masa Konsumsi Tinggi (The age of high
mass comsumption)
Pada masa ini perhatian masyarakat
mengarah kepada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan
kesejahteraan masyarakat dan bukan lagi kepada masalah produksi, dimana lebih
bergerak kepada barang-barang yang tahan lama serta jasa-jasa. Pada periode ini
terdapat tiga macam tujuan masyarakat untuk mendapatkan sumber-sumber daya yang
tersedia dan dukungan politisi yaitu:
ü Memperbesar
kekuasaan dan pengaruh negara tersebut ke luar negri dan kecenderungan ini
dapat berakhir pada penaklukan atas negara-negara lain
ü Menciptakan
suatu welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada pendukungnya
dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata
melalui sistem perpajakan yang progresif
ü Mempertinggi
tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi dasar yang sederhana atas makanan.
Tahapan pembangunan yang digambarkan oleh Rostow
adalah sistem pentahapan dimana suatu tahapan tidak mungkin terjadi tanpa
melalui tahapan yang lain. Artinya tahapan kedua tidak mungkin terjadi tanpa
tahapan pertama, tahap ketiga tidak akan terjadi tanpa tahap kedua, dan
seterusnya. Namun kenyataannya ada negara yang tidak pernah melewati tahap
pertama dari teori pertumbuhan eknomi Rostow, tetapi langsung ke tahap kedua,
misalnya Amerika Seirkat dan Australia karena penduduknya adalah orang-orang
Eropa yang kemudian mentransfer ilmu pengetahuan ke benua tersebut.
·
Simon Kuznets
Teorinya muncul
atas kritikan terhadap teori Rostow, yaitu: “bagaimana mungkin suatu desain
sederhana dapat menjadi suatu rangkuman deskriptif atau klasifikasi analitif
dari suatu perubahan historis yang beragam dan berfariasi?”. Kuznets juga
mencatat kemiripan dan perbedaan teori Rostow dengan tori Karl Marx. Kesamaan
teori Rostow dan Marx antara lain:
1. Kedua
teori menginterpretasikan evolusi sosial khususnya sektor ekonomi
2. Kedua
ekonomi tersebut telah mencoba mengeksploitasi permasalahan dan konsekuensi
dari pembangunan sosial yang dilakukan
3. Keduanya menyadari bahwa perubahan sistem
ekonomi pada dasarnya merupakan konsekuensi logis dari perubahan yang terjadi
di bidang politik, sosial dan kebudayaan.
B.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Indonesia
telah memperoleh banyak pengalaman politik dan ekonomi sejak kemerdekaan sampai
sekarang, peralihan dari masa orde lama ke orde baru ini memberikan iklim
politik yang dinamis, apalagi ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi yang
berkepanjangan, berikut merupakan penjelasannya
1. Masa
Orde Lama (1945 – 1966)
Pada masa ini
perekonomian berkembang kurang menggembirakan, sebagai dampak ketidakstabilan
kehidupan politik dan seringnya pergantian kabinet. Pertumbuhan ekonomi
mengalami penurunan yang sangat drastis sebesar 5%, dari 6,9% hingga 1,9%,
sementara itu defisit anggaran belanja pemerintah terus meningkat dari tahun ke
tahun dalam membiayai pencetakan uang baru, sehingga tingkat harga terus membumbung
dan mencapai puncaknya pada tahun 1966.
Perilaku
kenaikan harga secara agresif sudah terlihat dari tahun 1955, ketika itu laju
inflasi naik 33% dan terus meningkat bahkan pada akhir kekuasaan orde lama laju
inflasi mencapai 650%.
2. Masa
Orde Baru (1966 - 1997)
Pada masa
peralihan orde lama ke orde baru, ditandai dengan kondisi perekonomian yang
tidak menentu, antara lain:
ü Ketidakmampuan
pemerintah untuk memenuhi kewajiban utang luar negeri kurang lebih sebesar US $
2 miliar
ü Penerimaan
devisa ekspor hanya setengah dari pegeluaran untuk impor barang dan jasa
ü Ketidakmampuan
pemerintah mengendalikan anggaran belanja dan memungut pajak
ü Percepatan
laju inflasi mencapai 30 – 40 % perbulan
ü Buruknya
kondisi prasarana perekonomian serta penurunan kapasitas produksi sektor
industri dan ekspor
Menghadapi keadaan perekonomian yang demikian
pemerintah menetapkan beberapa langkah prioritas kebijakan ekonomi yaitu dengan
(1) memerangi inflasi, (2) mencukupkan stok cadangan bahan pangan, (3)
merehabilitasi prasarana perekonomian, (4) meningkatkan ekspor, (5) menciptakan
dan menyediakan lapangan kerja, (6) mengundang kembali investor asing. Selain
itu pemerintah juga membuat program-program untuk memperbaiki keadaan
perekonomian baik program yang bersifat jangka pendek maupun yang bersifat
jangka panjang.
Pelaksanaan pembangunan senantiasa
diarahkan pada pencapaian tiga sasaran pembangunan yang dikenal dengan sebutan
“Trilogi Pembangunan” yang meliputi stabilitas perekonomian, pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Awalnya tindakan ini berhasil,
hal ini ditandai dengan pencanangan era pembangunan ekonomi tinggal landas
dimana sektor pertanian yang semula
memberikan sumbangan terbesar terhadap PDB digantikan oleh sektor idustri
pengolahan. Sayangnya industri ini malah lebih banyak bergerak pada substitusi
impor sehingga bahan baku penolong dipasok ke negara lain dan pengolahan
industri ini dianggap menjadi penghambur devisa padahal semula diandalkan
sebagai penghasil devisa.
Hal ini mengakibatkan kemerosotan ekonomi dimana
adanya ketergantungan yang sangat tinggi terhadap input import sehingga
terjadilah defisit transaksi terhadap neraca berjalan. Selain itu industri
substitusi impor ini telah membawa perekonomian Indonesia menjadi rentan
terhadap perubahan kurs mata uang dan tingkat suku bunga uang luar negeri. Apa
yang terjadi pada tahap ini adalah sama dengan tahap ktiga dari Rostow yaitu
tahap lepas landas namun kita terpeleset dan perekonomian kita terpuruk karena
ternyata dasar fundamental ekonomi makro kita tidak kuat.
3. Masa
Reformasi (1998 - Sekarang)
Pada masa
reformasi ini perekonomian Indonesia ditandai denga krisis moneter yang berlanjut menadi krisis ekonomi
yang sampai saat ini belim menunjukan tanda-tanda ke arah pemulihan. Walaupun
ada pertumbuhan ekonomi, namun laju inflasi masih cukup tinggi, sehingga
dikatakan negatif karena sama sekali tidak mengalami pertumbuhan malah semakin
menurun.
Tahun 1999 laju
pertumbuhan ekonomi di Indonesia diperkirakan telah menjadi positif hal ini
ditunjukan berdasarkan perhitungan PDB dan juga perkapita income dan dollar.
Jadi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi harus ada koordinasi dan pendekatan
konsentrasi antar institusi pemerintah.
C.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari permasalahn
kesenjangan dalam pengelolaan perekonomian, dimana para pemilil modal besar
selalu mendapatkan kesemptan yang lebih luas dibandingkan dengan para pengusaha
kecil dan menengah yang serba kekurangan modal. Disamping itu akses untuk
mendapatkan bantuan modal ke perbankan juga lebih memihak kepada para pengusaha
besar dibandingkan dengan pengusaha ekonomi lemah.
Disamping
itu pertumbuhan ekonomi dan perdagangan internasional juga memberikan dampak
yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. ketidakpastian perekonomian
dan perdagangan dunia yang semakn meningkat meyebabkan kemungkinan-kemungkinan
pertumbuhan ekonomi yang kurang menggembirakan bagi bangsa Indonesia. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara umum
adalah:
ü Faktor
produksi, yaitu harus mampu memanfaatkan tenaga kerja yang ada, dan penggunaan
bahan baku industri dalam negeri semakin mahal
ü Faktor
investasi, yaitu dengan membuat kebijakan investasi yang tidak rumit dan
berpihak pada dasar
ü Faktor perdagangan luar negeri dan neraca
pembayaran, harus surplus sehinga mampu meningkatkan cadangan devisa dan
menstabilakan nilai rupiah
ü Faktor kebijakan moneter dan inflasi, yaitu
kebijakan terhadap nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga ini juga harus
antisipatif dan dapat diterima pasar
ü Faktor keuangan negara, yaitu berupa kebijakan
fiskal yang konstruktif dan mampu membiayai pengeluaran pemerintah (tidak
defisit)
0 komentar:
Posting Komentar